"huuuuffhhh.......aku harus berfikir keras...harus..."ucapnya dalam hati
"usahaku harus bangkit kembali.....walaupun taruhannya nyawa. tiada jalan lain, aku harus menemui orang tua itu di lautan pasir tengkorak"
Lautan Pasir tengkorak merupakan suatu tempat yang konon katanya ada orang tua yang bisa membuat segala keinginan terpenuhi. Namun sampai saat ini belum pernah ada yang bisa menemukannya, Tempat ini tidak ada dalam peta, bahkan sudah berkali kali pencarian menggunakan pesawat udara namun tidak pernah ditemukan
50 tahun yang lalu ada seorang pengembara dari selatan yang pernah berhasil memasuki lautan pasir tengkorak, namun sayang dia sudah meninggal. Satu satunya petunjuk yang bisa digunakan adalah tulisannya dalam satu buku yang di simpan rapi oleh anaknya.
Bram harus menemui anak pengembara itu untuk bisa mendapatkan petunjuk. Walaupun dia tahu tidak mudah menuju daerah tempat si pengembara.
"aku harus menyingkir dari kota ini...menghilang untuk beberapa waktu" tekad Bram dalam hati.
Untuk menuju tempat itu, Bram harus melakukan perjalanan lewat udara 3 Jam dan selanjutnya harus naik bus 11 Jam. Perjalanan dari stasiun bus menuju tempat itu masih harus berjalan kaki 2 hari 2 malam.
Khabarnya rumah si pengembara berada di lembah antara dua gunung dihutan belantara yang hampir tidak pernah dilalui manusia. Sungguh perjalanan yang akan menguji tenaga, semangat dan nyali yang besar.
Pagi pagi buta Bram bergegas menuju bandara, ia mengambil penerbangan pertama dari dua penerbangan yang tersedia. Penerbangan dari bandara Hambala menuju bandara Jamla ditempuh dalam 3 jam, Bram berharap penerbangannya lancar.
Jam 6 pagi tepat Bram sudah tiba di ruang tunggu, jadwal boardingnya Jam 06.30 .
Sambil menunggu sekotak roti kering dikeluarkan dari tasnya disertai dengan sebotol minuman teh kemasan. Satu buah roti masuk kedalam mulutnya.
"mudah mudahan penerbangannya tidak mengalami penundaan" gumamnya dalam hati
sambil menyantap roti berikutnya diiringi dengan tegukan teh kemasan.
"Hai ...selamat pagi, penerbangan ke Jamla..?" tiba tiba suara seorang wanita muncul di telinga Bram. Sambil wanita itu duduk di kursi sebelah Bram.
"aku juga penerbangan menuju Jamla" lanjut si wanita
Bram menjawabnya dengan senyuman tipis "Iya...aku penerbangan ke Jamla"
"Shanti.....kamu siapa?" lanjut si wanita sambil mengulurkan tangannya ngajak kenalan
Bram pun membalasnya "Bram....lengkapnya Bramudisra"
"pertama kali ke Jamla ?"lanjut Shanti
"kok tau...?" sahut Bram
"Iya....aku sering penerbangan bolak balik Hambala Jamla, tapi baru ini liat wajah kamu" ucap shanti sambil mengembangkan senyumannya
"Mohon perhatian .....Penerbangan dengan nomor JUS 225 Jussie air ditunda keberangkatannya sampai pada puku 07.30 dengan alasan cuaca...terimakasih" suara pengumuman keluar dari pengeras suara dibandara.
"yah...terjadi yang ku khawatirkan" gumam Bram
"biasa terjadi penundaan...masalah cuaca" sahut Shanti
"Kamu ke Jamla...urusan binis ?" tanya Bram
"tepatnya urusan keluarga" lanjut Shanti
"sudah tiga bulan aku bepergian ke Jamla, namun belum juga ada hasil" lanjutnya bercerita
"Ayahku sudah empat tahun tidak pernah kembali dari Jamla. Awalmya ayahku ke sana urusan bisnis, katanya ada sesuatu sumber daya alam yang sangat menarik di daerah Jamla. Seperti Jenis bahan tambang yang sangat langka dan sangat berharga. Dulu setiap bulan selalu ada khabar dari Ayah. Aku masih ingat setiap ayah memberi khabar lewat phone dengan ibu, aku dan adekku selalu diajak ke dekat ibu. Untuk mendengarkan suara ayah. Sampai akhirnya setelah tiga tahun berlalu tiada lagi khabar dari ayah. Awalnya Ibu masih mau mencari ayah ke Jamla, namun hasilnya selalu nihil, hingga ibu merasa putus harapan. Dan sekarang.....I am here....melanjutkan pencarian yang dilakukan ibu. loh...koq aku jadi curhat ke kamu sih....."tandas shanti mengakhiri ceritanya
Bram yang dari tadi terdiam, ternyata asik dengan pikirannya sendiri. Cerita shanti hampir hampir tidak ada yang terekam diotaknya.Bram hanya terbayang terus dengan bisnisnya yang telah hancur.
Melihat gelagat teman bicaranya ini, shanti pun mengerti, bahwa sia sia ceritanya. Akhirnya iapun ikut terdiam sambil mengarahkan pandangannya ke monitor informasi penerbangan. Kedua insan itupu saling hanyut dalam pikirannya masing masing.
"Mohon perhatian,,,,,penumpang Jussie air dengan nomor penerbangan JUS 225 dipersilahkan naik ke pesawat melalui pintu 4, dengan menunjukkan boarding pass anda...terimakasih" pengumuman dari pengeras suara di bandara membuyarkan hiruk pikuk pikiran Bram. Seketika tangannya merogoh boarding pass yang ada dalam tasnya.
"Akhirnya penerbanganku tiba...." gumamnya dalam hati.
"Ayo Bram....its time to boarding" ajak Shanti, sambil berjalan menuju pintu 4
Bram pun mengikutinya dari belakang "seat kamu nomor berapa shan..." tanya Bram
"22 D......." Jawab Shanti
"Jauh dari aku....27 A" Lanjut Bram
Sampai di tempat duduk Bram langsung mengarahkan pandangannya ke luar jendela pesawat, sambil melanjutkan hayalannya.
Di ketinggian 1500 kaki di atas permukaan laut, tiba tiba Bram merasakan dorongan ke toilet, dengan langkah perlahan langkahnya di arahkan ke toilet di bagian belakang kabin pesawat. Baru masuk ke dalam toilet , suara gedoran terdengar dari pintu. Brampun mengurungkan niatnya untuk buang air kecil. Perlahan pintu dibuka, dan setengah kaget yang muncul wajahnya Shanti di depan pintu.
Tanpa basa basi shanti nyelonong masuk ke dalam toilet. Bram semakin bingung, benar saja shanti langsung melancarkan pelukan ke tubuhnya Bram. Suara tertahan diujung lidahnya Bram.
Seakan tak terkendali Shanti terus memeluk Bram , kali ini di tambah dengan ciuman mendarat di pipi Bram.
Jauh dilubuk hatinya Bram merasa risih dengan tindakan shanti ini, dengan spontan tubuh shanti dia dorong sampai tersandar di pintu toilet. Bram memandangi wajah shanti dengan penuh amarah. Sorot matanya Bram langsung berhadapan dengan bola mata shanti. Mereka saling melotot hampir satu menit, seakan akan ada sesuatu yang menahan wajah mereka, sehingga tidak bisa berpaling satu dengan yang lain,
Tiba tiba bentuk tubuh shanti mulai berubah, perlahan bagian kaki sampai ke pinggang mulai mengecil, sampai membentuk seperti seutas tali yang berjuntai dengan lengkungan. Bram menyaksikannya dengan wajah mulai ketakutan. Dia mencoba memalingkan wajahnya tapi tetap tidak bisa seolah ada kekuatan yang menahannya. Kemudian bagian leher shanti sampai kepala mulai berubah bentuk menjadi wajah yang tua penuh keriput, disertai dengan ada dua taring di bagian kiri dan kanan mulutnya. Matanya berubah menjadi bentuk merah menyala dengan ukuran semakin besar.
Bram mulai merasakan sekujur tubuhnya semakin kaku. Suara tertawa menggelegar keluar dari mulut shanti. Kini tubuh shanti sudah berubah bentuk , hanya memiliki kepala dengan bagian bawah seperti tali yang melengkung dengan bola mata yang merah menyala.
"Hahahahahahahaaaaaa.......hai anak muda...." sura ketawa dan menggelegar keluar dari mulut shanti
"Apa maksud dan tujuanmu datang kemari....haaa..." lanjutnya
"Apakah kamu sudah siap mati anak muda??? Hahahahahahaha........aku akan menyantapmu menjadi bagian dari makan malamku...." suara itu keluar dari mulut shanti
Mahluk jelmaan shanti tersebut mulai melayang menyerang ke arah Bram. Brampun berusaha menghindar dengan merunduk dilantai toilet. Disatu kesempatan Bram berhasil menerobos keluar melalui pintu toilet, iapun berteriak minta tolong. Namun betapa kagetnya, semua penumpang pesawat sudah berubah wujud menyerupai wujud jadi jadiannya shanti. Perlahan pesawatpun mulai mengalami goncangan dahsyat. Bram berusaha berpegangan pada kursi pesawat. Sementara itu mahluk mahluk itu mulai menyerang dirinya dengan ganasnya. Goncangan dalam pesawat semakin kuat, bahkan sekarang pesawat benar benar lepas kendali. Meluncur menuju permukaan bumi dengan kecepatan tinggi. Bram semakin kalut wajahnya pusat pasi disertai dengan keringat bercucuran.
"Para penumpang, sebentar lagi kita akan mendarat di bandara internasional Jamla. Silahkan kembali ke tempat duduk anda, dengan mengencangkan kembali sabuk pengaman, menutup meja di depan anda, dan membuka Jendela" suara pramugari membuat Bram terbangun dari mimpinya.
"Syukurlah ternyata hanya mimpi..." gumam Bram dalam hatinya. Sejenak ia memandang ke arah kursi Shanti, dan ternyata Shanti pun masih utuh sedia kala, tidak berubah seperti dalam mimpi Bram.
Bandara Jamla berada di Kota Jamla, kota yang tidak terlalu besar, dengan udara yang masih sejuk dan segar. Kota ini banyak dikunjungi wisatawan domestik maupun mancanegara, dikarenakan alamnya yang indah, terutama alam pegunungannya. Tidak sedikit pula yang datang untuk mengais rejeki. ya...mengais rejeki, karena pegunungan di sekitar kota jamla banyak menawarkan batu mulia dan juga logam mulia seperti emas, perak, berlian dan lain lainnya.
Perlahan Bram mengarahkan pandangannya ke gedung terminal, sambil ia mulai menuruni tangga pesawat. Sorot matanya menangkap sosok shanti yang sudah lebih dahulu turun dari pesawat menuju gedung terminal.
Suasana ruang tempat mengambil bagasi begitu ramai. Saat bersamaan pesawat dari kota Gundala baru saja mendarat. Perlahan Bram menuju tempat pengambilan bagasi. sorot matanya mencari cari gadis yang bernama shanti. Ia berharap dari shanti ada petunjuk yang bisa membantu dalam perjalanannya menuju Lautan pasir tengkorak.
(bersambung.....)
No comments:
Post a Comment